PKM PEMBELAJARAAN BAHASA TOULOUR BAGI PEMUDA DESA TOTOLAN KECAMATAN KAKAS BARAT
(1) Universitas Negeri Manado
Corresponding Author
Abstract
Bahasa Toulour merupakan salah satu bahasa Daerah yang ada di Sulawesi Utara digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Bahasa Toulour adalah bahasa yang dipakai oleh penduduk asli yang mendiami seputaran daerah yang mengelilingi danau Tondano yang merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Tondano atau bahasa Toulour, sebagai bahasa sub-etnis Toulour yang mendiami daerah sekeliling Danau Tondano sampai di pantai Timur Minahasa (Tondano pante). Bahasa Tondano terdiri atas tiga dialek yaitu dialek induk Tondano, dialek Kakas dan dialek Remboken. Dialek yang terbesar dalam daerah dan jumlah penutur terdapat di bagian Utara yaitu kota Tondano dan Eris-Kombi. Dialek Kakas di kecamatan Kakas dan dialek Remboken di kecamatan Remboken. Juga terdapat penutur bahasa ini di daerah kolonisasi (transmigrasi lokal Minahasa) di kecamatan Tompaso Baru dan Modoinding. Di Tompaso Baru, dengan dialek induk Tondano dituturkan pada kampung Pinaesaan, Kinalawiran, Kinaweruan, Liningaan, Bojonegoro, dialek Kakas di kampung Temboan dan Polimaaan dan dialek Remboken di kampung Kinamang. Di Kecamatan Modoinding terdapat penutur dialek Kakas di kampung Wulurmaatus Palolon, Makaaruyan, Pinasungkulan, Lineleyan dan penutur dialek Remboken di kampung Sinisir dan Kakenturan serta penutur dialek induk Tondano di kampung Mokobang. Bahasa Toulour menurut pemakainya yaitu bahasa umum, bahasa yang dipakai dalam percakapan sehari-hari, kemudian bahasa sasaraha yang disebut bahasa Samaran, biasanya digunakan pada acara-acara adat untuk menolak malapetaka dan terakhir bahasa sastra. (Bawole, dkk. 1971). Pemakaian bahasa Toulour mulai mengalami masalah karena pembauran antar penduduk asli dengan para pendatang dari luar Minahasa sehingga pemakaian bahasa Toulour semakin menurun atau berkurang digunakan apalagi dikalangan generasi muda. Menyikapi berbagai permasalahan yang ada di desa, maka UNIMA sebagai lembaga pendidikan yang selalu responsif terhadap berbagai permasalahan dan kebutuhan yang ada di tengah-tengah masyarakat, melalui Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat bersama tim dosen yang ada di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), hendak melaksanakan suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat kepada pemuda dan pemudi di desa Totolan khususnya pelatihan bahasa Toulour yang hampir punah. Kegiatan pelatihan bahasa Toulour adalah wujud upaya UNIMA untuk memberdayakan pembelajaran bahasa Toulour bagi pemuda dan pemudi, dengan harapan bahwa melalui pelatihan ini akan dihasilkan buku khusus bahasa Toulour untuk menghindari kepunahan bahasa.
Keywords
References
Aqib, Z. 2013. Model-model Pembelajaran, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif). Bandung : Yrama Widya.
Sagala, S. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Belajar. Bandung : remaja Rosdakarya.
Poerwanto, N. 2000. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Novi dkk. Kebahasaan: Fonologi, Morfologi dan Semantik. Jakarta: Erlangga
Ramlan, M. 2009. Morfologi. Yogyakarta: CV. Karyono
Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum; Sebuah Pengantar. Yogyakarta:Kansius
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa; Memahami Bahasa secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga.
Sudaryanto.1986.Metode Linguistik. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
Verhaar, J, W, M.1992. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Article Metrics
Abstract View : 235 timesPDF Download : 0 times
DOI: 10.36412/abdimas.v14i3.3273
DOI (PDF): https://doi.org/10.36412/abdimas.v14i3.3273.g1650
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2022 ABDIMAS: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.