Konjungsi Bahasa Tontemboan Dialek Matana’ai (Suatu Sumbangan Bagi Pengembangan Linguistik Bahasa Daerah)

Eunike Silap, Ferry H. Mandang, Wimsje R. Palar

Abstract


Masalah Penelitian ini ialah: 1) Bagaimanakah konjungsi koordinatif dan subordinatif dalam bahasa Tontemboan dialek Matana’ai dilihat dari segi bentuk? 2) Bagaimanakah konjungsi koordinatif dan suboordinatif dalam bahasa Tontemboan dilihat dari segi fungsi? 3) Bagaimanakah konjungsi koordinatif dan suboordinatif dalam bahasa Tontemboan dialek Matana’ai dilihat dari segi makna? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konjungsi koordinatif dan subordinatif bahasa Tontemboan dilihat dari segi bentuk, fungsi, dan makna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah informan bahasa Tontemboan yang berjumlah 3 informan. Teknik pengumpulan data ialah teknik observasi, teknik cakap semuka, dan teknik studi kepustakaan. Analisis data menggunakan dua metode, yaitu metode padan dan distibusional, dengan teknik ganti dan teknik perluasan. Hasil Penelitian menunjukan konjungsi koordinatif ditandai oleh konjungsi koordinatif ditandai oleh /wo/ ‘dan’, /taʔan/ ‘tetapi’, /kaʔpa/ ‘atau’. Konjungsi subordinatif ditandai oleh /kumawus/ ‘sesudah’, /kaurɛ/ ‘setelah’, /akar in urɛ/ ‘selama’, /tutuw/ ‘ketika’, /ampaʔpaʔan/ ‘karena’, /sa/ ‘jika’, /yaʔkar/ ‘sehingga’, /siʔtu/ ‘agar’, /mandɛ/ ‘meskipun’, /in/ ‘bahwa’, /sakaʔandɛan/ ‘seandainya’. Dilihat dari segi fungsinya konjungsi bahasa Tontemboan dialek Matana’ai dibedakan atas (1) konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara. Yaitu konjungsi yang : (a) menggabungkan /wo/ ‘dan’ ; mempertentangkan /taʔan/ ‘tetapi’ ; (c) memilih /kaʔapa/ ‘atau’. (2) konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat atau melainkan bertingkat. Yaitu konjungsi yang menyatakan : (a) waktu /kumawus/ ‘sesudah’, /kaurɛ/ ‘setelah’, /akar in urɛ/ ‘selama’, /tutuw/ ‘ketika’ ; (b) sebab /ampaʔpaʔan/ ‘karena’ ; (c) syarat , /sa/ ‘jika’ ; (d) akibat /yaʔkar/ ‘sehingga’ ; (e) tujuan /siʔtu/ ‘agar’ ; (f) konsesif /mandɛ/ ‘meskipun’ ; (g) komplementasi /in/ ‘bahwa’ ; (h) pengandaian /sakaʔandɛan/ ‘seandainya’. Dari segi makna hubungan antarklausa dapat menyatakan makna : penjumlahan, perlawanan, pemilihan, waktu, sebab, syarat, akibat, tujuan, konsesif, komplementasi, dan beberapa bentuk konjungsi yang sama tapi memiliki makna yang bermacam-macam.

Full Text:

PDF

References


Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Halim, 1980. Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Djambatan.

Moleong. 2001. Penelitian Kualitatif. Bandung: Angkasa.

Rattu. Dkk. 1993. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Tontemboan. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudaryanto, 1993. Metode dan Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Tambuwun, E.M. 1986. Tata Bahasa Tontemboan Jilid II. Manado. Yayasan Budaya Tontemboan




DOI: https://doi.org/10.36412/jb.v2i2.3634

DOI (PDF): https://doi.org/10.36412/jb.v2i2.3634.g1692

Refbacks

  • There are currently no refbacks.